Dengan tersenyum temanku itu pamit pergi ke medan perang. Sesaat kemudian terbesit di pikiran ku akan suatu hal. Temanku itu seusia denganku, namun dia tidak menjadikan wanita menjadi hal utama yang harus dipikirkan walau dia juga pasti punya wanita idaman. Dia lebih memilih mencurahkan segenap jiwa-raganya untuk membela negeri kami, negeri yang sampai saat ini terjajah oleh rakyatnya sendiri. Beda halnya dengan ku yang hanya ada wanita di pikiranku, padahal aku pun sadar bahwa saat ini ada hal yang lebih penting dari cinta...
Sabtu, 02 Oktober 2010
sebuah renungan
...seorang jahat seperti diriku mngkin memang tak pantas dengannya. Walau ku selalu mencoba memperbaiki diri, tak sekalipun dia menoleh kepadaku. "Menurut engkau, apa yang harus ku lakukan?" tanya ku kepada seorang teman. "Menurut ku, Tuhan belum menggerakkan hatinya pada mu" jawabnya dengan nada yang cukup yakin. "Mengapa demikian? aku telah berusaha memperbaiki diri. Bagian mana lagi yang kurang ku lakukan?" aku bertanya dengan gelisah. Dia pun kembali menjawab, "berarti engkau belum ikhlas mengerjakannya, sampai-sampai engkau bisa dengan mudah mengatakan semua hal yang engkau lakukan, seakan engkau ingin menunjukkan pada ku bahwa engkau telah berusaha keras. Bukan kepadaku seharusnya engkau mengadu, kepada-Nya seharusnya engkau mengadu. Pintalah segala sesuatu kepada-Nya. Oh, satu hal lagi, menurutku justru Tuhan sayang dengan kalian berdua, dia tak ingin wanita yang kau cintai mendapatkan pria seperti kau saat ini. Tuhan ingin engkau menjadi baik, agar wanita yang kau cintai tak kecawa padamu kelak."
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar